Selasa, 29 November 2022
Selasa, 18 Oktober 2022
Koneksi Antar Materi Modul 3.1
"Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai - Nilai Kebijakan Sebagai Pemimpin"
Nama: Dila Afdila, S.Pd
Calon Guru Penggerak Kota Bandar Lampung
Angkatan 05
1.
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Pratap Triloka yaitu Ing ngarsa sung tuladha mempunyai arti bahwa seorang guru harus dapat memberikan contoh yang baik bagi siswanya ini berarti guru harus dapat mengambil sebuah keputusan yang bijak untuk dapat dijadikan teladan bagi siswa ataupun guru sendiri mengalami sebuah masalah dilema etika diharapkan keputusan yang diambil merupakan sebuah keputusan yang bijaksana dengan menerapkan tahapan-tahapan pengambilan keputusan sehingga dapat dijadikan teladan dan juga motivator bagi siswa maupun rekan guru lainnya.
Guru adalah "penuntun " segala kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran dengan kearifan lokal dan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara (1889-1959) yaitu " Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani."
Pratap Triloka menekankan interaksi siswa-guru dan terdiri
dari Guru sebagai model memberikan motivasi (bagi mereka di tengah harus memotivasi), dan mendorong
(bagi mereka yang di belakang harus mendorong) dalam keseluruhan proses
pembelajaran yang dilakukan, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran di kelas haruslah berpihak dan memerdekakan murid sehingga
menjadi pembelajaran yang positif bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil
keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri serta keputusan yang
bertanggung jawab tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
2.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai positif yang ada pada diri seorang guru antara lain yaitu mandiri, kolaboratif, inovatif, reflektif serta berpihak pada murid, merupakan nilai dasar yang harus ada dalam diri seorang guru. Nilai-nilai positif tersebut akan berpengaruh saat guru dihadapkan dalam pengambilan sebuah keputusan. Bagaimana kita menentukan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan juga 9 tahap pengujian dan pengambilan keputusan. Disaat guru dihadapkan dengan sebuah dilema etika seorang guru juga harus mempunyai rasa empati kepada muridnya. Dengan didasari nilai-nilai positif tersebut dapat mengarahkan kita terhadap keputusan dengan resiko yang kecil dan juga sebuah keputusan yang berpihak pada siswa.
3.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching merupakan sebuah keterampilan yang sangat erat
kaitannya dengan pengambilan keputusan. Menerapkan coaching dengan Teknik TIRTA
merupakan langkah yang paling ideal saat kita membantu orang lain, dalam hal
ini masalah di lingkungan sekolah. Tahapan-tahapan dalam TIRTA dapat
mengidentifikasi masalah dari coachee. Coaching merupakan hal yang sangat
penting, karena guru yang berperan sebagai coach dapat menggali potensi yang
dimiliki oleh muridnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menggali dan menemukan potensi yang terpendam dalam diri murid ( coachee )
untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dengan
kekuatan sendiri serta mampu mengambil keputusan yang tepat. Teknik TIRTA jika
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan akan menjadi sangat ideal dalam pengambilan keputusan.
4.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagai seorang pendidik kita harus dapat memenuhi kebutuhan
individu setiap murid. Adanya perbedaan dalam kesiapan belajar, minat, maupun
profil belajar murid menjadi tugas seorang guru untuk dapat membuat keputusan
yang tepat agar semua kebutuhan murid dapat terakomodir. Kompetensi sosial dan
emosional yang baik yang dimiliki oleh seorang guru sangat
diperlukan saat pengambilan keputusan, oleh karena itu guru harus selalu
menerapkan mindfullnes atau kesadaran penuh sehingga guru selalu berpikiran positif
dan saat proses pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai positif yang
ada pada dirinya
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik saat dihadapkan dengan berbagai masalah dilema etika
ataupun bujukan moral dilingkungan sekolah, dalam pengambilan keputusan akan
terpengaruh pada nilai-nilai yang dianutnya. Guru harus berpihak pada siswa dan selalu mengutamakan kepentingan siswa dan mampu membuat solusi tepat
dari setiap permasalahan yang terjadi. Kesadaran penuh sangat diperlukan pendidik dalam menganalisis setiap kasus atau permasalahan
yang terjadi apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus
tersebut merupakan bujukan moral, sebagai pendidik harus tetap berpegang teguh
pada nilai-nilai kebenaran yang dianutnya.
6.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat merupakan hal yang sangat
penting yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Pada pengambilan keputusan yang tepat akan menuju suatu perubahan yang
kearah yang lebih baik, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tetapi jika
terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan akan berdampak sabaliknya. Dalam
melakukan pengambilan keputusan hendaknya selalu berpedoman pada 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan
keputusan. Jika dalam pengambilan keputusan dilakukan melalui proses analisis
kasus yang cermat dan juga menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan
keputusan, maka keputusan tersebut sedikit banyak akan mampu mengakomodir
kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, dengan demikian akan berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang muncul dalam menjalakankan pengambilan keputusan antara lain adalah untuk mengubah pola pikir dari warga
sekolah untuk menuju paradigma berpihak pada murid. Keputusan yang diambil
kadang tidak bisa serta merta dirasakan perubahannya seketika itu juga namun
ada proses yang harus dilalui sehingga hasilnya dapat terwujud. Sosialisasi dan
menjalin komunikasi secara intensif sangat diperlukan untuk merubah paradigma
lama sehingga warga sekolah dapat memahami perubahan dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang baru.
Pengambilan keputusan untuk menuju perubahan perlu terus dilakukan sehingga
dapat menjadi budaya positif di lingkungan sekolah dan tetap berdasar pada visi
dan misi sekolah.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang ambil akan dapat
mempengaruhi cara pengajaran kepada siswa. Jika keputusan tersebut berisi
tentang metode dan stategi dalam pengajaran maupun sistem penilaian yang sesuai dengan
kebutuhan siswa maka dapat dikatakan keputusan tersebut merupakan keputusan
yang berpihak pada murid, dan sebaliknya jika keputusan tersebut tidak
memberikan ruang bagi siswa untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat
mereka maka keputusan tersebut tidak berpihak pada murid. Keputusan yang diambil
hendaknya merupakan keputusan yang dapat memberikan siswa untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kodratnya baik kodrat alam maupun kodrat zaman dan
sebagai bentuk dalam menuntun siswa menuju merdeka belajar. Maka hendaknya guru
memberikan ruang bagi siswa untuk dapat berani mengemukakan pendapat dan
mengekspresikan bakat, minat dan potensi yang dimiliknya. Sehingga murid dapat belajar
mandiri bagaimana mereka dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan
pilihannya sendiri
9.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan,
harus benar- benar memperhatikan kebutuhan individu setiap siswa. Guru
diibaratkan sebagai petani yang menanam dan memelihara benih. Jika
petani memutuskan memelihara dengan baik makan benih akan tumbuh dengan biak
pula namun jika petani seenaknya saja memelihara tanpa melihat kebutuhan benih
tersebut untuk tumbuh makan benih tidak akan tumbuh subur. Oleh karena itu
keputusan yang ambil harus mempertimbangkan kebutuhan siswa bagaimana dapat menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, memberikan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan belajarnya yang diawali dengan pemetaan kebutuhan mereka
dengan memperhatikan minat belajar, kesiapan belajar, dan profil belajar siswa.
Dengan demikian keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi masa depan siswa kita kelak.
10.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan menuntun
segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dalam
kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah, maupun
masyarakat. Sebagai seorang guru kita hendaknya mampu mengambil keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran dengan bijaksana. Harapan dari
pengambilan keputusan adalah untuk memenuhi kebutuhan murid yang beragam. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami
kebutuhan belajar siswanya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan
emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam
pengujian dan pengambilan keputusan Nilai-nilai positif dan
kesadaran penuh dari seorang guru pun harus dipegang teguh dalam dirinya agar
dapat mengelola aspek sosial emosionalnya sehingga guru memiliki rasa empati
saat dihadapkan pada dilema etika dan dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan minim resiko. Keterampilan dalam melaksanakan Teknik coaching dapat
menuntun murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan memanfaatkan
potensi-potensi yang ada pada diri sebagai solusi dalam menyelesaikan
masalahnya. Dengan coaching guru dapat menggali potensi-potensi dalam
diri siswa yang dapat digukanakan sebagai dasar dalam membuat keputusan dalam
menentukan strategi dalam pembelajaran yaitu dengan melihat minat belajar,
kesiapan belajar, dan profil belajar murid menuju merdeka belajar. Dengan
demikian guru dapat mengambil keputusan secara tepat sesuai dengan kebutuhan
belajar siswanya. Hal tersebut akan bermanfaat dalam belajar mereka dan
berpengaruh pada masa depan mereka
Salam Guru Penggerak, Salam Bahagia...
19 Oktober 2022